8.07.2011

Sayyid Asyrofi Hadlrolmaut Al-Yamany


Oleh: KH. NUR HAMIM ‘ADLAN
Pemangku Pondok Pesantren NAHRUL’ULUM, Purbosuman Ponorogo Jawa Timur.



Didesa Sering Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Jawa Tengah, disana ada tanah lapang milik desa (bebas pajak) yang letaknya sekitar 200 M arah utara dari masjid Sering dan sekitar 100 M jalan umur Sekar Arum-Landoh (arah selatan). Ketika tempat tersebut masih hutan belantara ada sosok “Ulama’ besar” dari Hadlromaut Negara Yaman berpetualangan dari negaranya keberbagai daerah dengan berpindah-pindah tempat menuruti kata hati yang mana beliau pernah munajat pada Alloh SWT minta petunjuk tentang tempat mana untuk beribadah dan beramal sholeh dalam menekuni sisa hidupnya.


Terkabullah permohonan beliau yang menyatakan “BAU HARUM” yang maksudnya agar mencari tanah /tempat tinggal yang bau harumnya persis yang dicium dan dirasakan pada waktu munjat pertama kali di Negara kelahirannya.


Tapi sayang dalam petualangannya melanglang buana dari satu tempat ke tempat lain tiada satupun bidang tanah yang berbau harum yang didapat ketika bermunajat di negaranya. Beliaulah sosok manusia yang gagah perkasa, tidak gentar dan tidak pantang menyerah. Dalam keyakinannya Allah memberikan petunjuk pasti Allah akan memberikan bukti. Biar lautan tetap diseberangi, hutan rimba dengan berbagai halangan dan rintangan sama sekali tidak menggoyahkan imannya dan tekatnya. Dan akhirnya beliau Sayyid Asyrofi singgah di daratan Sumatra tepatnya disekitar daerah Minangkabau dan disana beliau sempat menyebarkan ajaran agama bahkan sudah punya kader-kader ustadz ustadzah dan sudah mampu membantu mengajar para santri. Bahkan mampu pula memegang dan mengelola perjuangan yang beliau rintis. Debar jantung Sayyid Asyrofi tak dapat ditahan karena rencana beliau disini hanyalah singgah sementara, dengan sangat terpaksa dan harus dipaksakan beliau yang mulia dan dimulyakan Allah, Baginda Sayyid Asyrofi berpamitan dengan para santriwan dan santriwati yang jumlahnya telah ratusan.


Dengung suara tangis dari para santri tak henti, bahkan masyarakat yang sudah berumah tangga ikut pula membanjiri air mata dengan isak tangisnya, mereka akan ditinggalkan pahlawannya yang setiap saat dimintai pertolongan, petunjuk, yang setiap saat memberikan siraman kedamaian, ketentraman dan berkahnya telah dirasakan semua lapisan masyarakat. Melihat rasa berat warga masyarakat ditinggalkan beliau, Sayyid Asyrofi r.a menangis pula tersengkal-sengkal dengan penuh haru, ternyata beliau banyak berbuat manfaat didaerah tersebut yang sebelumnya tidak pernah terlintas dibenak beliau dan bagi beliau sudah hal yang biasa bahwa dimana tempat beliau berada beliau niati Li I’lai Kalimatillah.


Tapi setelah beliau menjelaskan tentang petualangannya. Akhirnya masyarakat bisa memaklumi dan mengikhlaskan meneruskan perjalanannya dengan diikuti dua santri sebagai pendampingnya yang berasal juga dari daerah yang barusan ditinggalkan. Hari demi hari siang berganti malam dan seterusnya sampai berbulan bulan beliau mengikuti bau harum yang asli pusarannya adalah nanti yang akan dialami sampai akhir hayatnya.


Bersujud syukurlah Sayyid Asyrofi dan kedua santrinya setelah menemukan pusat pusaran bau harumnya dan ternyata persis yang didapatkan waktu munajat di negaranya. Kemudian didaeran sini beliau memperbanyak khulwat sementara kedua santrinya membuatkan surau (sumur) tempat wudlu dan rumah ala kadarnya juga kedua santri tersebut yang berkomunikasi dengan masyarakat meladeni para tamu yang bermacam kebutuhan mereka. Ada yang pingin mengaji, ada yang menghaturkan kesulitan dsb. Sekitar tujuh tahun beliau mendapat kenikmatan dan membuktikan terkabulnya hidayah Allah. Beliau dipanggil kehadirot Allah SWT pada tanggal 29 Rojab 783 H / 1362 M hari Jum’at. Dan sangat disayangkan Beliau r.a Dzurriyyah Rosululloh SAW belum berkeluarga alias bujangan. Beliau meninggal sebelum umur 50 th. Perawakan beliau tinggi kekar berjubah putih berikat kepala seperti P. Diponegoro, tidak berkumis dan berjenggot. Beliau hafidz Al-Qur’an. Oleh masyarakat jenazahnya dimakamkan di tempat tinggalnya seperti sekarang ini. Kemudian perjuangannya diteruskan kedua santrinya sebagai sesepuh ummat, tapi sayang pula kedua santri tersebut sampai akhir hayatnya juga itba’ dalam keadaan membujang.


Jadi makam tersebut aslinya tiga, Sayyid Asyrofi dan kedua santrinya. Adapun kuburan lainnya yang menyusul wallahu A’lam. Maka jangan heran ketika KH. Nur Hamim ‘Adlan menemukan makam tersebut yang diajak sekitar sepuluh orang dari penduduk sekitar semuanya mencium bau harum yang belum pernah didapatkan semacam itu sebelumnya dan sampai kiamat. Itulah bau harum alam yang sudah harum sebelum Sayyid Asyrofi datang. Dan terlihat dari mata hati ada tiga burung wallet satu kemudian menyusul dua. Dan bau harum tersebut bisa tercium bagi orang-orang yang dikehendaki oleh Alloh. Asalkan berziarah ke makam Sayyid Asyrofi karena Alloh insya Alloh bisa menjumpai bau harum tersebut.


Ringkas cerita setelah beliau wafat tidak ada satupun yang dapat mewarisi perjuangannya, akhirnya vakum sampai bertahun-tahun. Akhirnya sekitar 150 M arah timur laut dari masjid sekarang ada seorang prajurit Demak yang tidak begitu alim agamanya, babat daerah tersebut dan bersanak keluarga turun temurun sampai sekarang.


Pesan kyai Hamim Ponorogo:


Kalau desa Sering ingin istiqomah dan barokah kehidupannya seringlah berziarah kemakam waliyulloh tersebut. Jadi kata “Sering” digunakan nama desa ini, Insya Alloh agar warganya sering berziarah kemakam Sayyid Asyrofi dan kedua santrinya.


Menurut legenda atau cerita turun-temurun madegnya desa SERING malamnya berdirinya masjid Demak dan siangnya desa Sering, Insya Allah ada benarnya, karena yang babat adalah seorang muslim, masih prajurit Demak.


Maka ketika Kyai Hamim datang di desa Sering pertama kali sekitar pukul 11 malam dihadang seorang pendekar, itulah prajurit Demak Bintoro.


Menurut isyaroh KH. Nur Hamim ‘Adlan, pengasuh pondok pesantren Nahrul ‘Ulum Purbosuman Ponorogo Jawa Timur, Insya Allah beliau Sayyid Asyrofi meninggal hari Jum’at 29 rojab 783 H/ 1362 M. asal Hadlromaut-Yaman.


Pesan Kyai Hamim Ponorogo:


1. Tiap malam Jum’at kliwon ibadah lapanan bersama.
2. Tiap hari Jum’at kliwon atau tanggal 29 rojab diadakan haul.
3. Anda percaya saya, kerjakan! Anda tidak percaya tetaplah berziarah kemakam tersebut karena Allah.


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong tinggalkan pesan,kritik dan saran anda disini untuk membangun dan memperbaiki blog ini. Dan apabila anda ingin menambahkan emotion diatas, anda tinggal mengetik kode yang ada disamping kanannya. Contoh= :10

http://edu-sumber.blogspot.com/feeds/posts/default
http://edu-sumber.blogspot.com/feeds/comments/default


Widget by cah sumber poenya
  • facebook icon
  • twitter icon
  • rss feed icon
  • email icon